LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK BUDIDAYA IKAN KERAPU
OLEH
MUHAMMAD ZAENUDIN
CIK010044
KELOMPOK III
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS MATARAM
2013
HALAMAN
PENGESAHAN
Laporan
Praktikum teknik budidaya ikan kerapu ini di buat sebagai salah satu syarat
lulus mata kulyah teknik budidaya Ikan kerapu.
Nama :
Muhammad Zaenudin
Nim :
Cik010044
Mataram, 21 Deseber 2013
Mengetahui,
Asisten Praktikum, Praktikan,
(A
RIZA BAROQI) (MUHAMMAD
ZAENUDIN)
NIM.
CIK010 003 NIM.
CIK010044
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan wilayah yang memiliki potensi sumber
daya perairan yang cukup besar untuk usaha budidaya ikan. Salah satunya
adalah budidaya perairan laut. Salah satu biota peairan laut yang banyak
dibudidayakan, dan bernilai ekonomis adalah ikan kerapu. Di Indonesia terdapat tujuh
jenis/genus ikan kerapu yaitu Aethaloperca, Anyperodon, Cephalopholis,
Chromileptes, Epinephelus, Plectropomus, dan Variola. Dari ketujuh
jenis tersebut hanya beberapa jenis saja yang mempunyai nilai komersial tinggi,
yakni Chromileptes, Plectropomus, dan Epinephelus, seperti ikan
kerapu bebek/Polkadot Grouper
atau ikan kerapu napoleon (Cheilinus
undulatus); kemudian ikan kerapu sunuk/Coral
trout (termasuk genus Plectropomus); serta ikan kerapu lumpur/Estuary
Grouper dan ikan kerapu macan/Carpet
cod (termasuk genus Epninephelus).
Budidaya
ikan kerapu telah dilakukan dibeberapa tempat di Indonesia, dan salah satunya
adalah wilayah NTB, tepatnya di Balai
Budidaya Laut (BBL) Sekotong Lombok Barat. namun dalam proses pengembangannya
masih menemui kendala, karena keterbatasan benih. Selama ini para petani
nelayan masih mengandalkan benih alam yang sifatnya musiman. Sehingga
sehubungan dengan hal tersebut, maka
Balai Budidaya laut (BBL) Sekotong Lombok Barat, Mengembangkan Budidaya Kerapu.
Jenis Ikan kerapu yang dikembangkan adalah Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) dan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus).Dengan
teknik budidaya yang dilakukan yaitu mulai dari pembenihan, pemeliharaan larva,
pendederan, sampai dengan pembesaran.
Kerapu
macan dan kerapu bebek termasuk kelompok ikan kerapu yang berharga tinggi.
Jenis kerapu ini merupakan ikan asli Indonesia yang hidup tersebar di berbagai
perairan berkarang di Nusantara. Selain di Indonesia, daerah penyebaran kerapu
macan meliputi perairan di wilayah Indo-Pasifik. Ikan kerapu mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk
dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat diproduksi massal untuk
melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan hidup.
Upaya pemanfaatan sumberdaya ikan
kerapu tersebut di atas, ternyata masih menghadapi berbagai kendala, seperti
masalah pendanaan, penyebaran penyakit, dan tekhnologi pengolahan. Berbeda
dengan produksi ikan laut lainnya, dimana tujuan mendapatkan hasil ikan dalam
keadaan hidup dan tidak cacat/rusak, sangat sulit dicapai. Oleh karena itu,
diperlukan tekhnik-tekhnik pengolahan dan pengelolaan budidaya ikan kerapu
secara tepat dan akurat sehingga dapat menghasilkan produk ikan kerapu yang
berkualitas tinggi.
1.2
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat memahami secara
langsung kegiatan dalam suatu unit budidaya ikan kerapu.
2. Mahasiswa dapat mengenal bentuk dan
fungsi, bahan dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan budidaya ikan kerapu.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Kerapu secara umum
Ikan Kerapu (Epinephelus sp) umumnya dikenal dengan istilah "groupers"
dan merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik
dipasarkan domestik maupun padar internasional dan selain itu nilai jualnya
cukup tinggi. Eksport ikan kerapu melaju pesat sebesar 350% yaitu dari 19 ton
pada tahun 1987 menjadi 57 ton pada tahun 1988 (Deptan, 1990).
Kerapu merupakan
salah satu jenis ikan karang yang paling populer di daerah Asia-Pasifik dan
mempunyai nilai ekspor cukup tinggi. Salah satu jenis ikan kerapu yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi yaitu ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Kerapu macan
umumnya tumbuh cepat, kuat dan cocok untuk budidaya intensif maupun tradisional
serta mempunyai kekhasan dalam pasca panen serta penyajian dalam konsumsi
(Tarwiyah, 2001).
Ikan Kerapu
mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya
cepat dan dapat diproduksi massal untuk melayani permintaan pasar ikan kerapu
dalam keadaan hidup (Anonim, 2010).
Larva kerapu yang baru menetas
mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur. Pakan ini akan dimanfaatkan
sampai hari ke 2 (D2) setelah menetas dan selama kurun waktu tersebut larva
tidak memerlukan dari luar. Umur 3 hari (D3) kuning telur mulai terserap habis,
perlu segera diberi pakan dari luar berupa Rotifera Brachionus Plicatilis
dengan kepadatan 1 – 3 ekor/ml. Disamping itu ditambahkan pula Phytoplankton
chlorella sp dengan kepadatan antara 5.10 - 10 sel/ml. Pemberian pakan ini
sampai larva berumur 16 hari (D16) dengan penambahan secara bertahap hingga
mencapai kepadatan 5 - 10 ekor/ml plytoplankton 10 - 2.10 sel/ml media. Pada
hari kesembilan (D9) mulai diberi pakan naupli artemia yang baru menetas dengan
kepadatan 0,25 - 0,75 ekor/ml media. Pemberian pakan naupli artemia ini
dilakukan sampai larva berumur 25 hari (D25) dengan peningkatan kepadatan
hingga mencapai 2 - 5 ekor/ml media. Disamping itu pada hari ke tujuh belas
(D17) larva mulai diberi pakan Artemia yang telah berumur 1 hari, kemudian
secara bertahap pakan yang diberikan diubah dari Artemia umur 1 hari ke Artemia
setengah dewasa dan akhirnya dewasa sampai larva berumur 50 hari (Slamet,
1993).
Ikan
kerapu mempunyai kebiasaan makan pada pagi hari sebelum matahari terbit dan
menjelang matahari terbenam. Di alam kerapu mencari makan sambil berenang
diantara batu-batu karang, Kerapu tidak pernah mau mengambil atau mengkonsumsi
pakan yang diberikan apabila sudah sampai ke dasar, meskipun kerapu dalam
keadaan lapar. Biasanya kerapu berdiam di dasar dan tidak akan menyergap pakan
yang diberikan jika mereka sudah kenyang (Akbar, 2002).
Parasit
sejenis kutu, bentuknya seperti Argulus yang merupakan golongan Crustacea, banyak menyerang pada
pendederan kerapu. Parasit ini berbentuk pipih seperti kutu,
berukuran 2–3 mm, menempel pada permukaan tubuh ikan terutama pada bagian kulit
dan sirip. Serangan dalam jumlah besar akan mengakibatkan kematian, karena
parasit ini menghisap darah ikan dan mengakibatkan tubuh mangsanya berlubang,
sehingga ikan mudah terkena infeksi sekunder yaitu jamur dan bakteri.
Pengobatan ikan yang baru terserang parasit ini cukup dengan cara perendaman tersebut.
Biasanya ikan sembuh setelah 2–3 hari kemudian. Jika ikan telah mengalami
luka-luka dapat dilakukan perendaman dalam air tawar, kemudian dilanjutkan
dengan perendaman didalam larutan acriflavin 10 ppm/jam (Mayunar, 1991).
Ciri-ciri umum adanya serangan
penyakit adalah ikan kehilangan nafsu makan. Biasanya sering berenang di
permukaan air karena gelembung renang membengkak. Kerapu kadang-kadang
mengalami sirip busuk dan borok, hal ini terjadi terutama akibat infeksi
bakteri. Bila banyak ikan yang menunjukkan gejala ini, maka antibiotik harus
segera diberikan. Pemberian ampicillin secara oral (5-20 mg/kg berat
badan ikan) atau oxolinic acid (10-30 mg) adalah cukup efektif untuk infeksi
ini. Pada budidaya kerapu, masalah terbesar adalah serangan penyakit oleh
virus, seperti infeksi oleh Viral Nervous Necrosis (VNN) dan Iridovirus.
Sesekali terjadi serangan penyakit, akan terjadi mortalitas yang tinggi. Hingga
saat ini, belum ada cara pengobatan untuk penyakit ini (Kisto, 1991).
Di dalam tangki percobaan ikan
betina yang telah dewasa bila akan memijah mendekati jantan. Bila waktu memijah
tiba, ikan jantan dan betina akan berenang bersama-sama dipermukaan air.
Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00 sampai pukul 22.00.
jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari berat tubuh betina, contoh betina
berat 8 kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 butir. Telur yang telah dibuahi
bersifat "non adhesive" yaitu telur yang satu tidak melekat pada
telur yang lainnya. Bentuk telur adalah bulat dan transparan dengan garis
tengah sekitar 0,80 - 0,85 mm. Telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi
benih yang aktif berenang (Sigit, 1993).
2.2 Jenis
– jenis Kerapu
2.2.1
Klasifikasi dan morfologi kerapu bebek
Menurut akbar (2002), Ikan kerapu bebek adalah jenis ikan
karang yang hanya hidup dan tumbuh cepat di daerah tropis, Ciri khasnya
terletak pada bentuk moncong yang menyerupai bebek sehingga disebut kerapu
bebek. Adapun klasifikasi adalah sebagai
berikut :
Phyllum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class :
Osteichyes
Subclass : Actinopterigi
Ordo :
Percomorphi
Subordo : Percoidea
Family : Serranidae Gambar 2.1. Ikan Kerapu Bebek (Anonim,
2012)
Subfamili : Epinephihelinae
Genus : Cromileptes
Spesies : Cromileptes
altivelis
Menurut akbar (2002), menyebutkan bentuk tubuh bagian punggung meninggi dengan
bentuk cembung (concaver). Ketebalan tubuh sekitar 6,6 – 7,6
cm dari panjang spesifik sedangkan panjang tubuh maksimal sampai 70 cm. Ikan
ini tidak mempunyai gigi canine (gigi yang terdapat dalam geraham ikan) lubang
hidung hidung besar berbentuk bulan sabit dertical, kulit berwarna terang
abu-abu kehijauan dengan bintik-bintik hitam diseluruh kepala, badan dan sirip.
Pada kerapu bebek muda, bintik hitamnya lebih besar dan sedikit.
2.2.2
Klasifikasi
dan morfologi kerapu macan
Menurut Subyakto dan Cahyaningsih (2005), Klasifikasi kerapu
macan sebagai berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Sub kelas : Actinopterigi
Ordo :
Percomorphi
Subordo
: Percoidea
Family :
Serranidae Gambar 2.1. Ikan
Kerapu Macan (Anonim, 2012).
Genus : Epinephelus
Spesies
: Epinephelus fuscoguttatus
Bentuk badan kerapu macan memanjang dan gepeng (Compressed),
tetapi kadang-kadang ada juga yang agak bulat. Mulut lebar serong ke atas dan
bibir bawahnya menonjol keatas. Rahang bawah dan atas dilengkapi gigi-gigi
geratan yang berderet dua baris, ujungnya lancip, dan kuat. Sementara itu,
ujung luar bagian depan dari gigi baris luar adalah gigi-gigi yang besar. Badan
kerapu macan ditutupi oleh sisik kecil yang mengilap dan bercak loreng mirip
bulu macan. Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih
dan menajam, maxillarry lebar diluar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau
4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik
hitam pada bagian dorsal dan posterior (Subyakto, 2005).
2.3 Persyaratan Lokasi Budidaya
2.3.1 Persyaratan Teknis
Faktor teknis adalah segala
persyaratan yang harus dipenuhi dalam kegiatan pembenihan ikan kerapu yang
berhubungan langsung dengan aspek teknis ikan dalam memproduksi benih, bebrapa
aspek panting yang harus dipenuhi sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)
adalah:
1.
Letak unit pembenihan di tepi pantai untuk
memudahkan perolehan sumber
air. Pantai tidak terlalu landai dengan kondisi dasar laut tidak berlumpur dan mudah dijangkau untuk
memperlancar transportasi.
2.
Air laut harus bersih, tidak tercemar dengan
salinitas 28-35 ppt.
3.
Sumbeer air laut dapat dipompa minimal 20 jam
perhari.
4.
mSumber air tawar tersedia dengan salinitas minimal
5 ppt.
5.
Penentuan lokasi sesuai Rencana Umum Tata Ruang
Daerah/Wilayah (RUTRD/RUTRW) (Anonim, 2012).
2.3.2
Persyaratan
Sosial Ekonomi
Faktor
non-teknis merupakan pelengkap dan pendukung faktor-faktor teknis dalam memilih
lokasi untuk pembenihan ikan kerapu. Dalam penentuan calon lokasi pembenihan,
pertama kali perlu diketahui tentang peruntukan suatu wilayah yang biasanya
telah terpetakan dalam RUTR dan tata guna lahan, memperhatikan RUTR suatu
wilayah untuk pemebnihan kerapu diharapkan tidak akan terjadi tumpang tindih
lahan usaha. Persyaratan lokasi termasuk faktor non-teknis lainnya adalah
mengenai lahan usaha. Persyaratan lokasi termasuk lainnya adalah mengenai
kemudahan-kemudahan seperti tersedianya sarana transportasi, komunikasi,
instalasi listrik, tenaga kerja, pemasaran, pasar, sekolah, tempat ibadah,
pelayanan kesehatan, dan sebagainya. Sebagai makhluk social adanya
kemudahan-kemudahan tersebut dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan dalam
bekerja. Hal lain yang dapat mendukung kelangsungan usaha adalah dukungan Pemda
setempat, terutama masyarakat sekitarnya sehingga tidak terjadi konflik atau masalah
(Kisto, 1991).
2.4
Pangsa Pasar
Ikan
kerapu pada umumnya mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dan mempunyai
pasar yang baik bahkan pernah mencapai angka peningkatan ekspor sebesar 350%
pada tahun 1987, yaitu dari 19 ton menjadi 57 ton pada tahun 1988. Salah satu
jenis ikan kerapu yang mempunyai nilai ekonomis penting yaitu kerapu macan dan
kerapu bebek (Anonim, 2012).
Keberhasilan
pengembangan teknologi budidaya ikan kerapu oleh pemerintah khususnya untuk
jenis kerapu macan, bebek, dan lumpur, serta diperkuat oleh tinggi dan
stabilnya harga jual kerapu hidup dan semakin meningkatnya permintaan ekspor,
telah mengundang para pengusaha untuk masuk dalam bisnis budidaya kerapu, baik
pada kegiatan pembenihan maupun pembesaran. Hal ini ditandai dengan semakin
meningkatnya luas areal budidaya pembesaran kerapu dengan karamba jaring apung
(KJA) dari 15 hektar tahun 1994 menjadi 51 hektar tahun 2000 atau naik dengan
rata-rata 53% per tahun. Pada periode yang sama, produksi ikan hasil budidaya
meningkat dari sekitar 30 ribu ton menjadi 60 ribu ton atau naik rata-rata 35%
per tahun (Subiyanto, 2007).
2.5
Penyakit Kerapu
Ciri-ciri umum adanya serangan penyakit adalah ikan
kehilangan nafsu makan. Biasanya sering berenang di permukaan air karena
gelembung renang membengkak. Kerapu kadang-kadang mengalami sirip busuk dan
borok, hal ini terjadi terutama akibat infeksi bakteri. Bila banyak ikan yang
menunjukkan gejala ini, maka antibiotik harus segera diberikan. Pemberian
ampicillin secara oral (5-20 mg/kg berat badan ikan) atau oxolinic acid
(10-30 mg) adalah cukup efektif untuk infeksi ini. Pada budidaya kerapu,
masalah terbesar adalah serangan penyakit oleh virus, seperti infeksi oleh
Viral Nervous Necrosis (VNN) dan Iridovirus. Sesekali terjadi serangan penyakit,
akan terjadi mortalitas yang tinggi. Hingga saat ini, belum ada cara pengobatan
untuk penyakit ini (Kisto, 1991).
Di dalam
tangki percobaan ikan betina yang telah dewasa bila akan memijah mendekati
jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan betina akan berenang
bersama-sama dipermukaan air. Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul
18.00 sampai pukul 22.00. jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari berat
tubuh betina, contoh betina berat 8 kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 butir.
Telur yang telah dibuahi bersifat "non adhesive" yaitu telur yang
satu tidak melekat pada telur yang lainnya. Bentuk telur adalah bulat dan
transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 - 0,85 mm. Telur yang telah dibuahi
akan menetas menjadi benih yang aktif berenang (Sigit, 1993).
2.6 Teknik Budidaya Ikan Kerapu
Secara Umum
Pembenihan
ikan kerapu, perlu diperhatikan sifat biologisnya, dimana ikan kerapu ini
bersifat hemafrodid protogini, perubahan jenis kelamin dari betina ke jantan,
sehingga dalam melakukan pemijahan perlu diperhitungkan perbandingannya,
perbandingan induk dalam pemijahan ikan kerapu biasanya 1 : 1, dan 2 : 1, hal
tersebut tergantung dari berat bobot induk yang akan di pijahkan (Anonim,
2012).
Jangka waktu penebaran
benih kerapu dari masa pendederan sampai ke pembesaran yaitu 2 sampai 4 bulan,
namun jika pertumbuhan benihan saat pendederan pertumbuannya cepat, maka dalam
janga umur tiga bulanpun, bisa dilakukan penebaran di Keramba jaring Apung
(KJA), trgantung dari ukuran benih, biasanya ukuran benih yang siap tebar pada
wada pembesaran yaitu (KJA) sekitar 10 sampai 12 cm Anonim (2013).
Menurut anonim (2013),
bahwa perlakuan
pemberian pakan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu pakan buatan dan rucah.
Pakan buatan merupakan pakan komersial yang diproduksi oleh PT. Matahari Sakti
dengan harga Rp. 14.000,- /Kg. Kandungan protein yang dimiliki oleh pakan
tersebut adalah 42,55% dan didalamnya sudah terdapat unsur-unsur yang penting
bagi pemeliharaaan ikan kerapu bebek di keramba jaring apung. Pelet ini
merupakan jenis pelet tenggelam secara perlahan.
BAB III.
METODE PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum tekhnik
Budidaya ikan kerapu ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 16 Desember 2013,
pukul 10.00 wita. di Balai Budidaya Laut (BBL) Sekotong Lombok Barat.
3.2
Prosedur Praktikum
3.2.1 Metode wawancara
Metode wawancara yang
dilakukan dengan menanyakan langsung kepada nara sumber dilapangan yaitu pegawai Balai Budidaya Laut (BBL) dengan
masing – masing bidang, seperti bidang pembenihan pada kolam beton, begitu juga
dengan kolam pendederan, kemudian kolam induk pada bak fiber, dan pembesaran
pada Keramba Jarring Apung (KJA).
3.2.2 Metode observasi
Observasi untuk memperoleh data-data primer yang terjadi
selama praktikum Tekhnologi Budidaya Ikan Kerapu yaitu pengamatan di lokasi
pembesaran dikeramba Jaring Apung (KJA).
BAB
IV. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Pembenihan
Kegiatan
pembenihan yang dilakukan di Balai Budidaya Laut (BBL) Sekotong Lombok Barat. Yaitu
dilakukan pada bak pembenihan yang terbuat dari bak fiber atau beton. Sebelum
dilakukan pembenihan atau pemijahan terlebih dahulu dilakukan seleksi induk,
karena hasil dari benih yang dihasilkan tergantung dari kualitas induknya.
Setelah dilakukan seleksi induk, baru dilakukan pemeliharaan induk. Bak
pemeliharaan induk kerapu berukuran; tinggi 140 cm, panjang 5 m, kedalaman 2 m,
dan volume air 10 ton. Bak berbentuk bulat bertujuan untuk mengurangi titik
mati. Nafsu makan induk ikan kerapu baik dan bersifat responsive. Ukuran induk
betina 2 kg dan jantan 3,5 kg. Kerapu bebek berukuran 400 gr seharga
Rp.350.000/ kg. Pakan berupa ikan rucah dan diberikan sampai kenyang sebanyak
2-3% (1 x sehari). Penyakit yang menyerang yaitu VNN dan monogenia, dan vibrio.
Penanganan penyakit dilakukan dengan perendaman dalam air tawar dan vitamin
acrivlafin (1 x seminggu). Pergantian air 300 % setiap hari. Pemijahan
dilakukan pada waktu bulan gelap, karena kebiasaan memijah ikan kerapu di alam
yaitu pada malam hari saat bulan gelap. Menurut Sigit (1993), Bahwa terjadinya pemijahan pada ikan
kerapu yaitu ikan betina yang telah dewasa bila akan memijah mendekati jantan.
Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan betina akan berenang bersama-sama
dipermukaan air. Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00 sampai
pukul 22.00. sehingga dalam budidaya pun harus diperlakukan
seperti itu, untuk kenyamanan serta keberhasilan dalam kegiatan pemijahan. Perbandingan
induk yang digunakan dalam pemijahan ini adalah 3 berbanding 1 (1` jantan , dan
3 betina). Karena dilihat dari berat bobot induk jantan maupun betina tersebut,
sangat berpengaruh terhadap bobot gonad induk itu sendiri, dimana gonad pada
induk betina sangat mempengaruhi keberhasilan dalam suatu pemijahan, seperti
yang diketahui bahwa ikan kerapu bersifat hemaprodid protogini yaitu perubahan
dari betina menjadi jantan. Menurut anonim (2012), bahwa dalam kegiatan
pembenihan ikan kerapu, perlu diperhatikan sifat biologisnya, dimana ikan
kerapu ini bersifat hemafrodid protogini, perubahan jenis kelamin dari betina
ke jantan, sehingga dalam melakukan pemijahan perlu diperhitungkan
perbandingannya, perbandingan induk dalam pemijahan ikan kerapu biasanya 1 : 1,
dan 2 : 1, hal tersebut tergantung dari berat bobot induk yang akan di
pijahkan. Oleh karena itu dari
pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa perbandingan induk yang digunakan
dalam pemijahan di BBL sekotong,yaitu 3 : 1 ( 3 betina, dan 1 jantan) dikarenakan
bobot dari induk tersebut. Bobot ikan betina yang digunakan sangat berpengaruh
terhadap bobot, dan kematangan gonad induk yang akan dipijahkan. Setelah itu baru
dilakukan penangan telur, dimana terlebih dahulu dipersiapkan wadahnya yaitu
bak pemeliharaan telur. Ukuran bak pengumpulan telur adalah 1x1x1 m. Telur
kerapu bebek dipanen dengan skop net (mesh size 200 mikrometer). Dilakukan
seleksi telur yang baik dan yang buruk. pada media pemeliharaan khusus dengan
padat tebar 5-6 butir/liter selama 15-19 jam pada suhu air 30-32 oC.
kemudian Setelah telur menetas, maka langsung dilakukan pemeliharaan larva.
4.2
Pemeliharaan Larva
Pada
kegiatan pemeliharaan larva terlebih dahulu disiapkan wadah pemeliharaannya
yaitu berupa bak fiber atau bak beton dengan seperangakat airasi untuk
kebutuhan suplai oksigen, dan yang paling penting yaitu kecukupan pakan alami
untuk larva, berupa artemia dan rotifer. Ukuran bak pemeliharaan; volume air 15
ton, luas bak 3,5 x 5 m, kedalaman 1,5 m
dan suhu 270 C. Masalah yang dihadapi yakni keterbatasan pakan alami
(Nanoclotophisis) dan sifat kanibalismenya yang (ukuran 1 cm). Dalam penanganan
larva ikan kerapu, dilakukan greeding, yaitu untuk memisahkan larva berdasarkan
ukurannya. Padat tebar larva sebanyak 150.000 ekor.
Sebelum larva di tebar
pada bak pemeliharaan larva terlebih dahulu dibersihkan yaitu dengan cara
disikat dengan sabun rinso setelah itu dibilas dengan kaporit. Setelah dibilas
dengan kaporit kemudian didiamkan selama 24 jam, kemudian dibilas kembali
dengan Natrium Thiosulfat (Na2S2O3) lalu bak
dikeringkan selama 1-2 hari (Anonim, 2012). Pakan yang diberikan pada larva
ikan kerapu berupa artemia dan rotifer karena pakan lami tersebut sesuai dengan
bukaan mulutnya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Slamet (1993) bahwa Larva kerapu yang baru menetas
mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur. Umur 3 hari (D3) kuning telur
mulai terserap habis, perlu segera diberi pakan dari luar berupa Rotifera
Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 – 3 ekor/ml. kemudian setelah larva
mencapai umur maksimal 2 minggu baru ditebar ke bak pendederan.
4.3 Pendederan
Kegiatan
pendederan yang dilakukan pada Balai Budidaya Laut (BBL) Sekotong lombok Barat
yaitu setelah masa penetasa telur hingga pemeliharaan larva sampai maksimal 2
minggu pada bak pemeliharaan larva. Setelah itu baru dilakukan penebaran pada
bak pendederan, berupa bak beton dengan ukuran 4 x 3 m, dengan kedalaman 160
cm. Pada masa pemeliharaan dikolm pendederan ini diberikan pakan berupa NRD 1,
pemeliharaan dilakukan selama 2 sampai 4 bulan, dan pemberian pakan pada umur 3
sampai 4 bulan dapat diberikan pakan buatan berupa pellet yang ukurannya lebih
kecil atau sesuai dengan bukaan mulut larva ikan. Setelah mencapai umur 4 bulan
dengan ukuran rata-rata yaitu 10 sampai 12 cm, baru dilakukan penebaran pada
keramba jaring apung (KJA). Menurut Anonim (2013), bahwa jangka waktu penebaran
benih kerapu dari masa pendederan sampai ke pembesaran yaitu 2 sampai 4 bulan,
namun jika pertumbuhan benihan saat pendederan pertumbuannya cepat, maka dalam
janga umur tiga bulanpun, bisa dilakukan penebaran di Keramba jaring Apung
(KJA), trgantung dari ukuran benih, biasanya ukuran benih yang siap tebar pada
wada pembesaran yaitu (KJA) sekitar 10 sampai 12 cm.
4.4 Pembesaran
Pembesaran
kerapu di Balai Budidaya Laut (BBL) Sekotong Lombok Barat, untuk saat ini sudah
mulai moderen, dengan adanya rumah apung atau rumah jaga yang berbentuk
minimalis, moderen, begitu juga dengan bahan –bahan rakit, dan keramba jaring
apung yang bahannya full terbuat dari strupum, dan plastik fiber. Dengan adanya
wadah yang sangat moderen ini dapat mempermudah jalannya pemeliharaan ikan
kerapu di keramba jaring apung. Luas keramba per petak untuk pemeliharaan
kerapu yaitu 3x3 m, dengan kedalaman 3 meter, dengan penebaran awal 300 -350
ekor, dengan ukuran 10 -12 cm, kemudian selama pemeliharaan dilakukan
pergantian jaring 1 kali dalam 2 minggu untuk membersihkan hama yang menempel
pada jaring, seperti jenis kerang – kerangan, dan lumut, hama – hama tersebut
jika dibiarkan bisa membuat nafsu makan ikan berkurang, karena sedikitnya
pasukan arus yang melewati jaring, akibat tertutupi oleh lumut, dan
kerang-kerangan yang menempel pada jaring. Pemberian pakan dilakukan 2 kali
sehari dengan jenis pakan berupa pelet, dan ikan rucah, pada saat pemberian
kedua pakan tersebut, terlebih dahulu diberikan pakan pelet, karena jika
terlebih dahulu diberikan ikan rucah, maka nafsu ikan kerapu untuk makan pelet
itu sudah hilang. Menurut anonim (2013), bahwa
perlakuan pemberian pakan dapat dibagi menjadi
dua jenis, yaitu pakan buatan dan rucah. Pakan buatan merupakan pakan komersial
yang diproduksi oleh PT. Matahari Sakti dengan harga Rp. 14.000,- /Kg.
Kandungan protein yang dimiliki oleh pakan tersebut adalah 42,55% dan
didalamnya sudah terdapat unsur-unsur yang penting bagi pemeliharaaan ikan
kerapu bebek di keramba jaring apung. Pelet ini merupakan jenis pelet tenggelam
secara perlahan. Sehingga kandungan protein pada ikan rucah harus
disesuaikan dengan kandungan protein yang terdapat pada pakan pelet yang
diberikan untuk ikan kerapu tersebut. Kemudian untuk menembah vitamin pada
pakan, diberikan campuran berupa vitamin c , yang langsung dicampur dengan
pelet, dan untuk merekatkan pelet tersebut dengan vitamin, diberikan campuran
berupa telur mentah, dengan takaran 2 telur untuk 1 kilo gram pakan, kemudian
untuk 1 kilo gram pakan dicampur dengan 1 sendok makanb. Jenis-jenis ikan yang
dipelihara pada keramba jaring apung di BBL ini yaitu jenis kerapu bebek, dan
kerapu macan. Pemeliharaan untuk kerapu bebek sampai panen dari penebaran awal
ukuran 10 sampai 12 cm itu hingga umur 1,5 tahun bisa mencapai ukuran 5 sampai
6 ons, yang dihargai per kilonya yaitu 120 sampai 150 ribu. Kemudian untuk inak
kerapu macan pertumbuhannya lebih cepat yaitu hingga umur 1,5 tahun bisa
mencapai berat 1 sampai 2 kili gram dengan harga perkilonya 80 sampai 100 ribu.
4.5 Penanganan Penyakit
Dalam kegiatan budidaya di Balai Budidaya Laut (BBL)
Sekotong Lombok Barat, tidak lepas dari masalah
hama dan penyakit, yaitu Salah satu masalah yang diahadapi dalam
pembesaran ikan kerapu adalah serangan penyakit. Penyakit yang menyerang kerapu
dalam KJA adalah kutu dan VNN. Menurut Mayunar (1991), Kutu ini berbentuk
pipih, berukuran 2–3 mm, menempel pada permukaan tubuh ikan terutama pada
bagian kulit dan sirip. Serangan dalam jumlah besar akan mengakibatkan
kematian, karena parasit ini menghisap darah ikan dan mengakibatkan tubuh
mangsanya berlubang, sehingga ikan mudah terkena infeksi sekunder yaitu jamur
dan bakteri. Untuk penangannya cukup dengan cara perendaman dalam air tawar,
kemudian dilanjutkan dengan perendaman didalam larutan acriflavin 10 ppm/jam.
Sedangkan hama yang sering menyerang Keramba yaitu jenis kerang – kerangan dan
lumut yang menempel pada jarring keramba, dan jika terlalu banyak, akan
menyebabkan tersumbatnya lubang jaring, dan aliran arus akan terhambat,
sehingga pergantian air dalam keramba akan rendah, dan hal tersebut akan
menyebabkan kurangnya nafsu makan pada ikan budidaya. Dan cara mengatasinya
yaitu dengan membersihkan jaring, seperti yang dilakukan oleh Balai Budidaya
Laut (BBL) Sekotong Lombok Barat. Melakukan pergantian jaring 1 kali dalam 2
minggu.
BAB V. KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil dari hasil dan pembahasan di atas adalah sebagai
berikut :
1. Perbandingan
induk yang digunakan dalam pembenihan di BBL sekotong adalah
1 : 3 (tiga betina, dan 1 jantan), dikarenakan
ikan kerapu bersifat hemafrodid protogini, sehingga hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap perkembangan gonad.
2. Masa keritis larva yaitu umur 3 hari
(D3) – (D7) karena kuning telur mulai terserap habis, sehingga perlu segera
diberi pakan dari luar berupa Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1
– 3 ekor/ml.
3. Peda kegiatan pendedran, masa
pemeliharaan larva sampai waktu siap tebar pada wadah pembesaran (KJA) yaitu 2
sampai 4 bulan dengan ukuran 10 sampi 12 cm.
4. Pada
Kegiatan pembesaran , Arus dan keadaan
gelombang yang cukup besar sangat
mempengaruhi nafsu makan ikan yang di pelihara pada Keramba Jaring Apung
(KJA).
5. Penyakit
yang sering menyerang ikan kerapu yaitu VNN dan monogenia, dan vibrio.
Penanganan penyakit dilakukan dengan perendaman dalam air tawar dan vitamin
acrivlafin (1 x seminggu).
DAFTAR
PUSTAKA
Akbar M. 1995. Pembenihan
Ikan Kerapu di Balai Budidaya Laut Lampung. Ditjen Perikanan.
Anonim,
2012. Training Manual on Marine Finfish
Net Cage Culture in Singapore. Revered for the Marine Finfish Net Cage Training
Course. Conducted by Primary Production Department (Republic of Singapore)
and Organized RAS/86/024 cooperation with RAS /84/016.
Anonim,
2011. Pembenihan Ikan Kerapu di Balai
Budidaya Laut Sekotong. http://www.scribd.com/doc/59058145/bab-1.
[tanggal 30 Desember 2012]
Anonim,
2012. Training Manual on Marine Finfish
Net Cage Culture in Singapore. Revered for the Marine Finfish Net Cage
Training Course. Conducted by Primary Production Department (Republic of
Singapore) and Organized RAS/86/024 cooperation with RAS /84/016.
Anonim.
2012. Pembenihan Ikan Kerapu di Keramba Jaring Apung (goldfish).
http://www.aqufish.net/show.php?h=goldfish1. [22
Desember, 2013].
Deptan,
1990. Prospek Budidaya Ikan Kerapu Bebek.
http://www.Prospek/
budidaya/ikankerapubebek.com. [tanggal 29 Desember 2011].
Kisto Mintardjo, 1991. Pemijahan
Ikan Kerapu (Epinephelus tauvina) Dengan Manipulasi
Lingkungan. Buletin Budidaya Laut No. 2, Balai Budidaya Laut Lampung,
Ditjen Perikanan, 1991.
Mayunar, P.T. Imanto, S. Diani dan T. Yokokawa, 1991.
Pemijahan Ikan Kerapu Macan, Epinephelus
fuscoguttatus. Bull. Pen. Perikanan Spec. Edi. No. 2:15-22.
Sigit Budileksono, 1993. Pemijahan
Alami Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
di Bak Terkontrol. Buletin Budidaya.
Slamet, B. 1993. Pengaruh Penurunan Suhu Media Terhadap
Penundaan Penetasan dan Peningkatan Optimasi Kepadatan pada Transportasi Telur
Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) J. Pen. Budidaya Pantai,
Terbitan Khusus, Vol.9 No.5 : 30-36.
Tarwiyah,
2001, Budidaya Ikan Kerapu .
Penebar Swadaya. Jakarta.